Profesi EO di Tengah Mobilitas Tinggi
Saya ingat betul hari itu: saya berdiri di belakang panggung, mengatur tata lampu dan mengecek sound system untuk acara konser amal. Waktu terus berdetak—rangkaian presentasi vendor, jadwal performer, dan rundown yang harus selesai tepat pukul tujuh malam. Sebagai event organizer, kewajiban saya adalah tetap produktif, meski jadwal sudah melebihi kapasitas.
Setelah seharian berkutat dengan proposal, menyiapkan slide promosi, dan berkoordinasi lewat laptop, tiba-tiba saya merasakan sesuatu yang ganjil. Pandangan terasa Sepet—seperti ada lapisan kabut tipis menutupi layar. Saya tarik napas dalam, berharap lega. Namun, bukan cuma itu: setiap kedipan terasa Perih, seperti ujung jarum menyentuh kelopak. Malamnya, saat sinar lampu panggung mulai meredup, mata saya cekatan menunjukkan rasa Lelah yang tak biasa. Saya terdiam, menyadari: ini bukan capek biasa.
Saya sempat menyepelekan. “Ah, mungkin kurang tidur tadi malam,” ujar saya pada diri sendiri. Tapi begitu gejala itu datang lagi esok paginya, saya tidak bisa menutup mata (pun intended) lagi. Utas kecil nyeri dan kering telah menjadi alarm: mata kering jangan sepelein.
Titik Balik di Balik Lensa, Saat Gejala Mengganggu Produktivitas
Keesokan harinya, saya masih harus memimpin rapat final rundown. Ruang rapat ber-AC dingin, layar proyektor menyala terang. Saya duduk sambil mengedit file PDF, mencoret ini-itu, dan memindahkan sesi ke halaman berikutnya. Lalu rasa Sepet itu muncul kembali, lebih intens. Pandangan salah fokus, detik demi detik terasa semakin lama. Saya berhenti mengetik, memejamkan mata, berharap sensasi itu hilang. Ternyata tidak.
Rasa Perih makin menusuk tiap kedipan, hingga saya terpaksa menahan kelopak agar tidak menutup. Panik menghampiri—bagaimana acara berjalan lancar jika saya tak bisa melihat rundown jelas? Dalam hati, saya bertanya, “Apa saya harus cari dokter mata sekarang? Aku tidak sempat.”
Namun, saya teringat secuil saran dari rekan event organizer di grup WhatsApp: “Kalau sudah muncul rasa perih dan mata kering, jangan tunggu lebih parah. Langsung tetesin Insto Dry Eyes.” Rasanya sepele, tetapi saat itu saya rela melakukan apa pun demi menyelamatkan jadwal.
Saya meninggalkan rapat, beranjak ke pantry kantor, dan mengambil botol Insto Dry Eyes yang kebetulan saya bawa. Dengan hati sedikit berdebar, saya tetesin Insto Dry Eyes satu per satu ke kedua mata. Sensasi sejuk menyentuh kornea, seperti embun pagi menyejukkan daun. Saya menutup mata sejenak, membiarkan pelumas buatan meresap.
Lima menit kemudian, saya kembali ke meja. Perlahan, pandangan kembali jernih. Bebas dari perih, sisa rasa lelah pun terangkat. Saya bisa melanjutkan rapat dengan lebih percaya diri, presentasi pun lancar tanpa gangguan.
Pelajaran Kecil dari Botol Insto Dry Eyes
Sejak kejadian itu, saya jadi lebih peka pada sinyal mata. Saya sadar, sebagai event organizer, tugas mengatur detail dan mengontrol jadwal sering membuat saya terjebak di depan layar atau di ruangan berkabut AC. Begitu gejala mata kering muncul—Sepet, Perih, atau Lelah—saya langsung tahu apa yang harus dilakukan: tetesin Insto Dry Eyes.
Bukan hanya soal obat tetes, tapi tentang bagaimana merawat diri agar produktivitas tetap terjaga. Saya pun membagi waktu di antara tugas:
-
Jeda Berkedip
Setiap 30 menit, saya berhenti sebentar, pejamkan mata, lalu berkedip pelan beberapa kali. Sekilas terlihat sepele, tapi membantu menghindari akumulasi kering. -
Udara Segar
Saat cupu rapat selesai, saya bergegas ke balkon kantor. Menatap langit pagi dan menghirup udara bebas sedikit mengurangi efek ruangan ber-AC. -
Filter Cahaya
Saya aktifkan mode ‘eye comfort’ di laptop. Layar pun tampil lebih hangat, tidak menusuk kelopak.
Tetapi yang paling konsisten saya lakukan adalah selalu menyediakan Insto Dry Eyes di meja kerja—seperti sahabat setia yang siap memberi jeda. Kini saya tak perlu antre ke dokter atau menunda pekerjaan. Cukup satu atau dua tetes, dan mata kering jangan sepelein tak lagi menghantui.
Menjadi produktif di tengah deadline ketat bukan soal memompa diri terus-terusan, melainkan juga mendengarkan tubuh. Gejala mata Sepet Perih Lelah adalah alarm kecil yang menandakan perlu penghentian sejenak. Dan solusi tidak selalu rumit, kadang yang paling sepele justru paling efektif. Jadi, saat mata mulai protes, ingat satu hal: tetesin Insto Dry Eyes, tarik napas dalam, dan teruskan cerita kerjamu dengan mata yang lebih nyaman.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar